Peternakan
April 27, 2017
Konsep Penerapan BIOSECURITY Pada Peternakan Puyuh
Pada dasarnya setiap makhluk hidup, termasuk Puyuh dan unggas lainya, memiliki sistem pertahanan tubuh/Antibodi alami melalui kerja beberapa organ di dalam tubuhnya.
Jika ada Puyuh jatuh sakit atau menunjukan gejala sakit, hal itu menjadi pertanda bahwa bibit penyakit sangat kuat dan banyak jumlahnya sehingga berhasil menembus benteng pertahanan tubuh Puyuh.
Untuk meminimalkan jumlah bibit penyakit tersebut, peternak perlu mengusahakan sebuah sistem perlindungan dari luar. Sistem itu dikenal dengan BIOSECURITY.
Penerapan biosecurity yang paling umum dilakukan peternak adalah sanitasi kandang dengan menyemprot desinfektan.
Namun kegiatan itu tidak cukup untuk menekan bibit penyakit di lingkungan peternakan. Ada banyak kegiatan biosecurity lain yang bisa kita terapkan dan alangkah lebih baik jika semua kegiatan tersebut kita susun dalam bentuk checklist biosecurity.
Biosecurity berasal dari kata asing yaitu bio yang artinya hidup dan security yang artinya perlindungan atau pengamanan.
Jadi biosecurity adalah program yang dirancang untuk melindungi kehidupan.
Oleh karena itu, penerapan biosecurity harus menyeluruh untuk menjaga Puyuh agar terhindar dari bibit penyakit.
Tujuan utama dari penerapan biosecurity, antara lain:
1).mencegah penyakit mematikan dan mudah menular masuk ke peternakan;
2).mengurangi tantangan dari mikroorganisme patogen yang dapat menurunkan produktivitas;
3). menghilangkan penyakit imunosupresif yang menyebabkan unggas rentan terhadap serangan penyakit;
4). mengurangi pencemaran terhadap hasil ternak, baik telur, daging maupun fesesnya. Selanjutnya bila biosecurity dilihat dari segi hierarki terdiri atas tiga komponen yakni biosecurity konseptual, struktural, dan operasional.
2).mengurangi tantangan dari mikroorganisme patogen yang dapat menurunkan produktivitas;
3). menghilangkan penyakit imunosupresif yang menyebabkan unggas rentan terhadap serangan penyakit;
4). mengurangi pencemaran terhadap hasil ternak, baik telur, daging maupun fesesnya. Selanjutnya bila biosecurity dilihat dari segi hierarki terdiri atas tiga komponen yakni biosecurity konseptual, struktural, dan operasional.
Biosecurity konseptual :
merupakan biosecurity tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang yang tepat, pemisahan umur unggas, pembatasan kontak dengan unggas lain atau hewan liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
merupakan biosecurity tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang yang tepat, pemisahan umur unggas, pembatasan kontak dengan unggas lain atau hewan liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
Biosecurity struktural :
merupakan biosecurity tingkat kedua, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak dan struktur kandang, pembuatan pagar yang benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi ruang penyimpanan pakan dan ruang ganti pakaian.
merupakan biosecurity tingkat kedua, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak dan struktur kandang, pembuatan pagar yang benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi ruang penyimpanan pakan dan ruang ganti pakaian.
Biosecurity operasional :
adalah biosecurity tingkat ketiga yang terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi penyakit dalam suatu farm.
adalah biosecurity tingkat ketiga yang terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi penyakit dalam suatu farm.
Biosecurity operasional terdiri atas tiga hal pokok yaitu :
Isolasi,pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi). Agen Penyakit yang Ada di Lingkungan Agen penyakit adalah mikroorganisme yang terdapat di dalam lingkungan seperti virus, bakteri, fungi/jamur, dan parasit baik yang ada di dalam tubuh (endoparasit) maupun di luar tubuh Puyuh (ektoparasit).
Adanya penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
1. Agen penyakit
2. Inang (Puyuh)
3. lingkungan.
2. Inang (Puyuh)
3. lingkungan.
Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap infeksi mikroorganisme.
Namun apabila terjadi perubahan-perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya bibit penyakit meningkat jumlahnya sedangkan daya tahan tubuh Puyuh menurun, maka terjadilah penyakit dengan derajat yang bervariasi.
Di lapangan, agen penyakit dapat berpindah-pindah dan menyebar dari satu ternak ke ternak lain melalui berbagai sumber.
Sumber tersebut di antaranya :
- Puyuh (puyuh sakit, bangkai, puyuh carrier)
- Manusia (anak kandang, tamu)
- Pakan
- Air minum Puyuh
- Feses /kotoran puyuh
- Equipment (peralatan peternakan)
- Limbah peternakan
- Hama (tikus dan serangga)
- Burung Liar
- Unggas lain (itik, ayam kampung)
- Hewan lain (anjing, kucing, dan sebagainya).
- Manusia (anak kandang, tamu)
- Pakan
- Air minum Puyuh
- Feses /kotoran puyuh
- Equipment (peralatan peternakan)
- Limbah peternakan
- Hama (tikus dan serangga)
- Burung Liar
- Unggas lain (itik, ayam kampung)
- Hewan lain (anjing, kucing, dan sebagainya).
Untuk itu, sumber penyakit harus dikendalikan!!
Bagaimana Agen Penyakit Masuk ke Peternakan??
Agen penyakit bisa masuk ke dalam lingkungan peternakan Puyuh melalui berbagai cara berikut :
- Terbawa masuk ketika anak Puyuh (DOQ),Pullet datang (transmisi vertikal).
Contoh agen penyakit yang ditularkan dari induk ke anak Puyuh adalah Adenovirus, bakteri Salmonella pullorum, Mycoplasma serta Aspergillus.
- Masuknya Puyuh sehat yang baru sembuh dari penyakit, tetapi sekarang berperan sebagai pembawa (carrier).
- Masuknya Puyuh dari luar flok (transmisi horizontal).
Terbawa masuk melalui alas kaki (sepatu/sandal) dan pakaian pengunjung atau karyawan yang bergerak dari flok satu ke flok lain. Terbawa melalui debu, bulu-bulu, dan feses yang melekat pada peralatan dan sarana lain seperti truk, tempat telur, dll.
Terbawa masuk melalui alas kaki (sepatu/sandal) dan pakaian pengunjung atau karyawan yang bergerak dari flok satu ke flok lain. Terbawa melalui debu, bulu-bulu, dan feses yang melekat pada peralatan dan sarana lain seperti truk, tempat telur, dll.
- Terbawa oleh burung liar, rodensia (tikus), lalat, caplak, tungau, kumbang dan serangga lain.
- Terbawa melalui bahan baku pakan atau pakan jadi yang terkontaminasi mikroorganisme sejak dipanen, di pabrik atau saat di kandang.
- Menular lewat air seperti bakteri Salmonella dan E. coli. Menular lewat udara seperti virus ND dan ILT.
- Menular melalui peralatan kandang. Banyak mikroorganisme patogen yang akan menetap di luar tubuh Puyuh dalam jangka waktu cukup lama, terutama di dalam bahan organik.
Lantas Bagaimana Pelaksanaan Program Biosecurity???
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa konsep biosecurity terdiri dari konseptual, struktural, dan operasional.
Tambahan dari konsep ini meliputi isolasi, pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi). Isolasi Isolasi dapat diartikan sebagai tindakan memelihara ternak pada lingkungan yang terkendali dalam upaya melindungi ternak dari bibit penyakit dari luar kandang dan luar peternakan.
Tambahan dari konsep ini meliputi isolasi, pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi). Isolasi Isolasi dapat diartikan sebagai tindakan memelihara ternak pada lingkungan yang terkendali dalam upaya melindungi ternak dari bibit penyakit dari luar kandang dan luar peternakan.
Contoh sederhana dengan membuat pagar pengaman untuk melindungi kandang dari tamu asing, baik hewan liar maupun pengunjung. Selain itu, lokasi rumah tempat tinggal, kandang puyuh, kandang karantina, serta gudang ransum ditata sebaik mungkin.
Agar proses isolasi berjalan dengan baik, peternak dapat membuat sistem “3 zona” di wilayah kandang, yaitu zona merah, kuning, dan hijau.
- Zona merah :
Adalah zona kotor, batas antara lingkungan luar yang kotor.
Misalnya lokasi penerimaan dan penyimpanan egg tray/boks bekas telur, lokasi penerimaan tamu seperti pembeli Puyuh/telur, maupun pengunjung lain seperti tetangga atau peternak lain. Pada area ini kemungkinan cemaran bibit penyakit sangat banyak.
Adalah zona kotor, batas antara lingkungan luar yang kotor.
Misalnya lokasi penerimaan dan penyimpanan egg tray/boks bekas telur, lokasi penerimaan tamu seperti pembeli Puyuh/telur, maupun pengunjung lain seperti tetangga atau peternak lain. Pada area ini kemungkinan cemaran bibit penyakit sangat banyak.
- Zona kuning :
Merupakan zona transisi antara daerah kotor (merah) dan bersih (hijau). Area ini hanya dibatasi untuk kendaraan yang penting (truk ransum, DOQ/pullet, dan telur), pekerja kandang, dan tempat menyimpan egg tray yang sudah bersih.
Merupakan zona transisi antara daerah kotor (merah) dan bersih (hijau). Area ini hanya dibatasi untuk kendaraan yang penting (truk ransum, DOQ/pullet, dan telur), pekerja kandang, dan tempat menyimpan egg tray yang sudah bersih.
- Zona hijau :
Adalah zona bersih yang merupakan wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan cemaran penyakit. Area ini merupakan kandang tempat tinggal ternak. Hanya pekerja kandang yang boleh masuk ke zona hijau. Untuk masuk ke wilayah ini, pekerja harus menggunakan alas kaki khusus zona hijau. Kendaraan tidak boleh masuk ke zona ini. Begitu pula dengan pengunjung, kecuali jika ada kepentingan khusus, misalnya tenaga vaksinasi (vaksinator) atau technical service yang ingin mengontrol kesehatan Puyuh.
A.Pengaturan lalu lintas:
bertujuan menyeleksi agar barang-barang atau personil yang masuk ke lingkungan kandang hanyalah barang-barang yang benar-benar diperlukan atau orang yang biasa menangani kandang.
bertujuan menyeleksi agar barang-barang atau personil yang masuk ke lingkungan kandang hanyalah barang-barang yang benar-benar diperlukan atau orang yang biasa menangani kandang.
B. Sanitasi:
Sanitasi merupakan salah satu kegiatan biosecurity yang paling sering dilakukan peternak. Kegiatan sanitasi sendiri terdiri dari dua hal, yaitu pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap peralatan maupun pekerja yang keluar masuk kandang. Kegiatan sanitasi yang dapat dilakukan yaitu membersihkan feses, memberikan antiseptik pada air minum, mengganti alas kaki khusus untuk ke kandang, menggunakan baju khusus untuk bekerja di kandang, menyikat dan mencelupkan alas kaki di bak desinfektan, serta semprot baju dengan desinfektan,
Sanitasi merupakan salah satu kegiatan biosecurity yang paling sering dilakukan peternak. Kegiatan sanitasi sendiri terdiri dari dua hal, yaitu pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap peralatan maupun pekerja yang keluar masuk kandang. Kegiatan sanitasi yang dapat dilakukan yaitu membersihkan feses, memberikan antiseptik pada air minum, mengganti alas kaki khusus untuk ke kandang, menggunakan baju khusus untuk bekerja di kandang, menyikat dan mencelupkan alas kaki di bak desinfektan, serta semprot baju dengan desinfektan,
Secara lebih detail lagi pelaksanaan biosecurity operasional dijabarkan sebagai berikut:
- Biosecurity sumber :
Puyuh hidup yang akan masuk ke dalam peternakan berpotensi membawa agen penyakit.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: Bibit Puyuh (DOQ dan pullet) yang datang dari peternakan komersial atau peternakan pembibit harus dalam kondisi sehat.
Jangan terima bibit jika banyak yang sakit. Selain itu, apabila bibit yang dipesan berasal dari luar pulau tempat lokasi peternakan kita berada, maka pastikan bibit yang diterima dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang dikeluarkan oleh dinas terkait.
Puyuh yang akan masuk ke area peternakan pertama kali sebaiknya diisolasi terlebih dahulu dan tidak langsung dicampur dengan Puyuh yang datang lebih dulu (Shulaw dan Bowman, 2001).
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: Bibit Puyuh (DOQ dan pullet) yang datang dari peternakan komersial atau peternakan pembibit harus dalam kondisi sehat.
Jangan terima bibit jika banyak yang sakit. Selain itu, apabila bibit yang dipesan berasal dari luar pulau tempat lokasi peternakan kita berada, maka pastikan bibit yang diterima dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang dikeluarkan oleh dinas terkait.
Puyuh yang akan masuk ke area peternakan pertama kali sebaiknya diisolasi terlebih dahulu dan tidak langsung dicampur dengan Puyuh yang datang lebih dulu (Shulaw dan Bowman, 2001).
- Biosecurity Puyuh sakit/mati:
Puyuh yang sakit/mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya bagi Puyuh sehat yang berdekatan.
Oleh karena itu, Puyuh sakit harus segera dikeluarkan dan dipisahkan dari kandang Puyuh sehat sehingga tidak menulari Puyuh yang sehat.
Sedangkan Puyuh mati (bangkai Puyuh) harus segera dibakar atau dikubur dalam tanah.
Puyuh yang sakit/mati dapat menjadi sumber penyakit berbahaya bagi Puyuh sehat yang berdekatan.
Oleh karena itu, Puyuh sakit harus segera dikeluarkan dan dipisahkan dari kandang Puyuh sehat sehingga tidak menulari Puyuh yang sehat.
Sedangkan Puyuh mati (bangkai Puyuh) harus segera dibakar atau dikubur dalam tanah.
- Biosecurity tamu dan karyawan peternakan :
pelaksanaan biosecurity ini berkaitan erat dengan sanitasi dan higienitas. Yang harus diperhatikan adalah menjaga agar tidak ada kontaminan yang masih menempel pada tubuh manusia sehingga dapat menulari Puyuh di kandang.
pelaksanaan biosecurity ini berkaitan erat dengan sanitasi dan higienitas. Yang harus diperhatikan adalah menjaga agar tidak ada kontaminan yang masih menempel pada tubuh manusia sehingga dapat menulari Puyuh di kandang.
Contoh penerapannya yaitu:
Karyawan atau orang yang terlibat dalam bisnis peternakan Puyuh pembibit sebaiknya tidak diperbolehkan memelihara burung atau ayam di rumahnya. Orang yang akan masuk ke peternakan pembibit, sebelumnya tidak boleh kontak dengan unggas lain atau mengunjungi tempat lain (peternakan komersial, tempat pengolahan hasil ternak, dan lain-lain) yang status higienitasnya lebih rendah, minimum dua hari sebelum kunjungan. Tamu sebaiknya tidak mengunjungi peternakan, kecuali pihak yang memiliki kepentingan khusus, misalnya tenaga vaksinator atau technical service (TS) yang ingin mengontrol kesehatan Puyuh.
Orang yang ingin memasuki lokasi peternakan diharuskan mengikuti persyaratan sanitasi peternakan, misalnya melakukan dipping sepatu bot, desinfeksi dengan spray, mandi, mengganti baju dan alas kaki khusus. Hal ini berlaku juga untuk sanitasi kendaraan (desinfeksi dengan cairan desinfektan). Biosecurity terhadap vektor dan inang antara Beberapa hewan yang potensial bertindak sebagai vektor pembawa penyakit dan inang antara di peternakan antara lain unggas air (itik), burung, hewan liar (anjing, kucing, babi), tikus, dan serangga seperti lalat, kumbang, kutu Franky, dll.
Orang yang ingin memasuki lokasi peternakan diharuskan mengikuti persyaratan sanitasi peternakan, misalnya melakukan dipping sepatu bot, desinfeksi dengan spray, mandi, mengganti baju dan alas kaki khusus. Hal ini berlaku juga untuk sanitasi kendaraan (desinfeksi dengan cairan desinfektan). Biosecurity terhadap vektor dan inang antara Beberapa hewan yang potensial bertindak sebagai vektor pembawa penyakit dan inang antara di peternakan antara lain unggas air (itik), burung, hewan liar (anjing, kucing, babi), tikus, dan serangga seperti lalat, kumbang, kutu Franky, dll.
Hal yang harus diperhatikan oleh pemilik ataupun pekerja peternakan, yaitu: Tidak diperbolehkan merawat unggas lain, babi, dan hewan kesayangan di satu lokasi peternakan. Melakukan pencegahan khusus setelah kontak dengan hewan lain sebelum kontak dengan Puyuh yang kita pelihara.
Contohnya dengan mencuci tangan, dipping alas kaki, dan desinfeksi spray. Memberantas lalat, kumbang, kutu Franky dan serangga lainnya dengan insektisida.
Basmi tikus yang sering berkeliaran di kandang dan gudang pakan.
- Biosecurity bangunan peternakan : Bangunan dalam suatu area peternakan hendaknya dibangun menggunakan bahan-bahan yang mudah dibersihkan dan didesinfeksi, serta tahan terhadap tumbuhnya jamur atau kapang .
Begitu juga untuk desain bangunannya yang harus memperhatikan suhu, kelembaban, dan aliran udara.
Begitu juga untuk desain bangunannya yang harus memperhatikan suhu, kelembaban, dan aliran udara.
Contohnya gudang pakan yang dibangun tidak lembab dan sirkulasi udaranya lancar sehingga jamur tidak tumbuh. Untuk gudang telur usahakan kelembabannya tidak lebih dari 80% dengan suhu 12-15°C agar telur tidak cepat busuk dan berjamur. Peternakan juga perlu diberi pagar untuk mencegah hewan liar masuk.
- Biosecurity peralatan kandang :
Contohnya dengan mencuci tempat ransum dan tempat minum secara rutin 2 kali sehari, serta didesinfeksi dengan merendamnya dengan air disinfektan/detergen.
Contohnya dengan mencuci tempat ransum dan tempat minum secara rutin 2 kali sehari, serta didesinfeksi dengan merendamnya dengan air disinfektan/detergen.
Contoh lainnya pencucian egg tray atau boks kotak telur dan perendaman dengan desinfektan. Untuk pengiriman telur, sebaiknya pilih egg tray yang berbahan plastik, agar mudah dibersihkan dan dicuci. Jika menggunakan egg tray/boks dari kayu, maka boks harus dicuci dan disikat hingga bersih, kemudian dikeringkan. Setelah itu, jerami bekas di dalamnya harus dibakar dan diganti dengan yang baru. Kelemahan dari penggunaan boks kayu ini ialah mudah lapuk dan lebih berisiko menyebarkan penyakit karena bahan kayu memiliki pori-pori yang bisa dijadikan sarang bibit penyakit.
- Biosecurity terhadap air minum:
Air merupakan salah satu media yang bisa menularkan bibit penyakit pada Puyuh. Air minum rentan tercemar E. coli.
Cemaran E. coli ini kemungkinan besar berasal dari feses Puyuh yang banyak mengontaminasi air permukaan. Oleh karena itu, air di peternakan harus didesinfeksi melalui pemberian antiseptik atau kaporit (12-20 gram tiap 1.000 liter air).
dosis antiseptik yang digunakan. Untuk pemeliharaan harian, saat pelarutan antiseptik, diamkan 15-30 menit baru kemudian diberikan ke Puyuh.
Sebagai usaha mencegah adanya kontaminasi kuman patogen dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program desinfeksi air minum bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan yaitu jangan sembarangan mencampur antiseptik dengan obat/vitamin/vaksin.
Untuk kasus dimana di peternakan sedang terjadi outbreak penyakit (misal colibacillosis), antiseptik yang mengandung iodine (Antisep/Neo Antisep) tidak boleh digunakan untuk melarutkan obat/vitamin karena bersifat oksidator kuat sehingga bisa merusak potensi dari obat/vitamin tersebut.
Oleh karena itu sebagai jalan keluar, pemberian antiseptik yang mengandung chloramine dan ammonium quartener (QUATS) yaitu Desinsep atau Medisep,
bisa dilakukan malam hari setelah pengobatan selesai dilakukan. Namun khusus air minum yang dicampur dengan Desinsep/kaporit, setelah diendapkan minimal 8 jam baru dapat digunakan untuk melarutkan obat/vitamin.
Air merupakan salah satu media yang bisa menularkan bibit penyakit pada Puyuh. Air minum rentan tercemar E. coli.
Cemaran E. coli ini kemungkinan besar berasal dari feses Puyuh yang banyak mengontaminasi air permukaan. Oleh karena itu, air di peternakan harus didesinfeksi melalui pemberian antiseptik atau kaporit (12-20 gram tiap 1.000 liter air).
dosis antiseptik yang digunakan. Untuk pemeliharaan harian, saat pelarutan antiseptik, diamkan 15-30 menit baru kemudian diberikan ke Puyuh.
Sebagai usaha mencegah adanya kontaminasi kuman patogen dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program desinfeksi air minum bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan yaitu jangan sembarangan mencampur antiseptik dengan obat/vitamin/vaksin.
Untuk kasus dimana di peternakan sedang terjadi outbreak penyakit (misal colibacillosis), antiseptik yang mengandung iodine (Antisep/Neo Antisep) tidak boleh digunakan untuk melarutkan obat/vitamin karena bersifat oksidator kuat sehingga bisa merusak potensi dari obat/vitamin tersebut.
Oleh karena itu sebagai jalan keluar, pemberian antiseptik yang mengandung chloramine dan ammonium quartener (QUATS) yaitu Desinsep atau Medisep,
bisa dilakukan malam hari setelah pengobatan selesai dilakukan. Namun khusus air minum yang dicampur dengan Desinsep/kaporit, setelah diendapkan minimal 8 jam baru dapat digunakan untuk melarutkan obat/vitamin.
Sedangkan dalam hal vaksinasi, jangan berikan air yang mengandung antiseptik selama 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah vaksinasi karena virus vaksin akan rusak atau mati apabila kontak dengan antiseptik. Untuk menjamin bahwa air yang kita berikan pada Puyuh sudah memenuhi syarat air bersih.
- Kegiatan biosecurity lainnya:
Kegiatan lainnya terkait pelaksanaan biosecurity rutin di peternakan adalah:
Melakukan pembersihan feses minimal 2-3 sekali.
Air kotor hasil sisa pencucian kandang atau peralatan langsung dialirkan keluar kandang melalui selokan sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.
Melakukan pembersihan feses minimal 2-3 sekali.
Air kotor hasil sisa pencucian kandang atau peralatan langsung dialirkan keluar kandang melalui selokan sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.
Demikian berbagai kegiatan yang bisa kita lakukan dalam penerapan program biosecurity di peternakan Puyuh.
Keberhasilan program biosecurity juga harus didukung oleh komitmen yang konsisten dari pemilik maupun karyawan peternakan, serta monitoring yang ketat, terjadwal dan berkelanjutan.
Keberhasilan program biosecurity juga harus didukung oleh komitmen yang konsisten dari pemilik maupun karyawan peternakan, serta monitoring yang ketat, terjadwal dan berkelanjutan.
Untuk menjamin bahwa peternakan kita menjalankan biosecurity dengan ketat dan disiplin.
Peternak dapat mengarahkan perhatian lebih pada aspek-aspek biosecurity mana yang belum dijalankan dan memberikan pengaruh signifikan terhadap munculnya infeksi penyakit pada Puyuh.
Walaupun biosecurity sudah benar di jalankan namun belum jaminan bahwa 100% peternakan kita akan aman dari bibit penyakit. Hal ini karena untuk melindungi ternak yang kita pelihara, kita perlu meningkatkan daya tahan tubuh ternak melalui sistem jamu herbal/ vaksinasi, suplementasi, dan manajemen pemeliharaan yang baik.
Dari seluruh bahasan di atas bisa kita simpulkan bahwa biosecurity memerankan peran penting untuk mencegah bibit penyakit masuk, tinggal, dan menginfeksi peternakan. Biosecurity kelihatannya sepele, akan tetapi kita sebagai peternak jangan sampai lengah. Sebentar saja kita mengabaikan biosecurity, berbagai ancaman dapat kapan saja masuk ke peternakan yang kita kelola. Semoga bermanfaat.
SUKSES SELALU UNTUK ANDA...!!!😊😊😊